Mengenal Tangga Nada Kunci Diatonis Pentatonis
Mengenal Tangga Nada, Kunci, Diatonis, Pentatonis
Tangga Nada
Seperti sudah dijelaskan pada artikel terdahulu, untuk mengetahui tinggi not (nama not) kita harus tahu letak not tersebut dalam paranada. Oleh karena itu, pengetahuan tentang nama garis-garis dan spasi-spasi paranada juga penting. Selain itu, kita juga harus mengenal kunci paranada dalam notasi musik. Dalam musik dikenal tiga macam kunci paranada, yakni kunci G, kunci F, dan kunci C. Kunci paranada akan menjadi penentu bagi nada-nada yang terdapat pada paranada.
Not yang terletak pada garis kedua dinamai not G.
Not yang terletak pada garis keempat dinamai not F.
Not yang terletak pada garis ketiga dinamai not C.
Marilah kita bahas tangga nada dengan menggunakan kunci G terlebih dahulu. Kunci F dan kunci C kita bicarakan kemudian karena sebenarnya kunci F yang menampung nada-nada rendah. Oleh karenanya, kunci F disebut juga kunci Bas, yang sebenarnya hanya kelanjutan ke bawah dari paranada kunci G. Di antara keduanya, terletak paranada kunci C yang juga disebut kunci Celo atau Alto. Kunci G sendiri disebut kunci Biola atau Treble.
Jadi, letak not pada-paranada kunci G adalah sebagai berikut, not G terdapat pada baris kedua, maka not yang terletak di bawah not G atau pada spasi pertama adalah not F. Di bawahnya lagi, pada baris pertama adalah not E. Demikian berturut-turut sampai yang paling bawah. Begitu pula dengan not yang terletak di atas not G atau di spasi kedua paranada adalah not A. Di atasnya lagi, pada baris ketiga adalah not B. Di spasi ketiga not C. Pada baris keempat terletak not D. Di atasnya lagi, pada spasi keempat terletak not E dan yang terletak pada baris kelima adalah not F.
Secara berurutan ... C, D, E, F, G, A, B, C .. . nada yang disusun bertingkat-tingkat dari yang paling rendah ke yang paling tinggi dalam sistem tertentu disebut sebagai tangga nada. Penyusunan nada dalam tangga nada didasarkan atas jarak nada tertentu. Antara nada yang satu dengan nada yang lain ada yang berjarak 1 nada, ada pula yang berjarak Yi nada. Jarak, yang dalam hal ini lazim disebut sebagai interval, inilah yang akan menentukan kemungkinan variasi nada dan jenis tangga nada.
Deretan nada dari C sampai dengan B disebut oktaf. Demikian pula urutan-urutan nada-nada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Maka, sebagai batasan, perlu dijelaskan di sini tentang adanya nama mutlak dari suatu nada. Perhatikan susunan nada dengan nama mutlak menurut tingkat oktafnya.
Susunan nada menurut tingkat oktafnya.
Oktaf Nama Mutlak Nada
Oktaf 4 C4 - D4 - E4 - F4 - G4 - A4 - B4
Oktaf 3 C3 - D3 - E3 - F3 - G3 - A3 - B3
Oktaf 2 C2 - D2 - E2 - F2 - G2 - A2 - B2
Oktaf 1 Cl — D1 — E1 - F1 — G1 — Al — B1
Oktaf Kecil
C-D-E-F-G-A-B
Oktaf Besar
C-D-E-F-G-A-B
Oktaf Contra
C1 - D1 - E1 - F1 - G1 - A1 - B1
Oktaf Sub Contra
C2 - D2 - E2 - F2 - G2 - A2 - B2
Di dunia musik dikenal dua macam tangga nada, yaitu tangga nada diatonis dan tangga nada pentatonis.
a. Tangga nada diatonis
Istilah diatonis berasal dari kata dia yang berarti dua dan tonis yang berarti hal yang berhubungan dengan nada. Disebut demikian karena dalam sistem tangga nada diatonis terdapat tujuh nada yang bila dirinci terdapat lima nada berjarak sama dan dua nada berjarak setengahnya. Dengan demikian, tiap nada utuhnya masih dapat dibagi lagi menjadi dua semi tone (setengah nada).
Tangga nada diatonis terdiri atas tujuh nada yang berinterval satu dan setengah nada. Musik modern dari Eropa umumnya menggunakan tangga nada diatonis ini. Tangga nada diatonis terbagi menjadi dua, yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.
Sekilas tidak jauh berbeda antara susunan tangga nada diatonis mayor dan minor. Seolah-olah hanya dibedakan oleh awal dan akhir nada pada susunan tangga nada tersebut. Tangga nada mayor diawali dengan nada c atau do, sedangkan tangga nada diatonis minor diawali dan diakhiri dengan a atau la. Namun, sebenarnya jika dimainkan pola tangga nada keduanya, akan terasa berbeda. Susunan tangga nada mayor akan menimbulkan kesan riang, bahagia, dan bersemangat. Sementara susunan tangga nada minor akan menimbulkan kesan sedih dan suasana haru.
Tangga nada diatonis minor masih memiliki dua variasi lagi, yaitu tangga nada minor melodis dan tangga nada minor harmonis. Susunan tangga nada minor melodis adalah sebagai berikut.
Sementara susunan tangga nada minor harmonis adalah sebagai berikut:
Agar lebih mudah dipahami, coba bandingkan susunan tangga nada diatonik di atas dengan susunan nada dalam piano, organ, atau pianika.
Susunan nada dalam piano, organ, atau pianika jelas menggambarkan susunan tangga nada diatonis yang menggunakan susunan interval 1 - 1 - V2 - 1 - 1 - 1 - V2. Akan tetapi, jika seorang komponis menggubah lagu baik untuk suara manusia (vokal) maupun untuk instrumental, dan angkauan nada dalam komposisi lagu tersebut mungkin terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka lagu tersebut dapat disajikan dengan mengubah nada dasar. Marilah kita mempelajari cara mengubah nada dasar dalam tangga nada mayor dan minor.
Nada dasar dalam tangga nada diatonis mayor yang natural adalah C. Nada dasar natural ini lazim disebut dengan do = C. Perhatikan susunan tangga nada berikut.
Nada pertama dari tangga nada di atas adalah nada do (1). Nada atau not tersebut kita sebut sebagai nada dasar.
Ada dua cara mengubah nada dasar, yaitu dengan menaikkan V2 nada pada nada yang berinterval V2 pada tangga nada natural. Sering juga disebut dengan memberikan 1 (satu) tanda kres (#) dan dengan menurunkan nada dengan memakai tanda mol (b).
Tanda mula dengan kres
Tanda mula berkaitan dengan nada dasar. Cara menentukannya adalah berdasarkan urutan tangga nada natural. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada kresnya. Untuk nada dasar selanjutnya, dipakai patokan nada kelima dari urutan nada tersebut. Maka, nada dasar berikutnya adalah 1 = G dengan satu kres, dan seterusnya. Perhatikan tabel berikut.
Tanda Mula dengan Mol
Hampir sama dengan tanda mula dengan kres, cara menentukan urutan tangga nada dengan mol juga dengan berdasarkan urutan tangga nada naturai. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada molnya. Untuk nada dasar selanjutnya, dipakai patokan nada keempat dari urutan nada tersebut. Maka, nada dasar berikutnya adalah 1 = F dengan satu mol, dan setrusnya. Perhatikan tabel berikut!
b. Tangga Nada Pentatonis
Berbeda dengan tangga nada diatonik yang lebih banyak digunakan untuk musik modern dari Eropa, termasuk instrumen-instrumen musiknya, tangga nada pentatonis atau sering disebut sebagai tangga nada nondiatonik lebih banyak digunakan pada musik tradisional atau musik etnik. Petatonis berasal dari kata penta yang berarti lima dan tonis yang berarti hal yang berhubungan dengan nada. Disebut demikian karena jumlah nada dalam satu oktaf sistem ini terdiri dari lima nada, walaupun dalam gamelan pelog terdapat tujuh nada. Dalam gamelan, susunan nada dengan interval tertentu dalam satu oktafnya disebut sebagai laras.
Di Indonesia, tangga nada pentatonik dijumpai dalam musik gamelan, baik Gamelan Jawa, Gamenlan Bali, maupun Gamelan Sunda. Gamelan memiliki dua sistem laras, yaitu Laras Slendro dan Laras Pelog.