Membaca dan Menulis Not Angka, Not Balok
MEMBACA DAN MENULIS NOT
Agar dapat bernyanyi dengan baik, seyogianya kamu mampu membidik nada. Dengan mampu membidik nada, kamu akan dapat bernyanyi dengan suara yang tepat dan tidak sumbang. Kemampuan inilah yang lazim disebut pitch control.
Agar memiliki kemampuan ini, kamu harus menguasai tinggi rendahnya nada. Setelah itu, akan lebih baik jika kamu mampu pula membaca not karena nada-nada lagu itu ditulis dalam bentuk not.
1. Nada
Seperti yang telah diuraikan di atas, musik adalah seni yang berhubungan dengan bunyi, maka bunyi menjadi unsur paling penting dalam seni musik. Ada bunyi yang enak didengar karena indah. Bunyi seperti ini membuat kita nyaman. Akan tetapi, ada pula bunyi yang teramat mengerikan. Tentu bunyi seperti ini membuat kita merasa tidak nyaman, bahkan seperti berada di bawah ancaman. Beruntunglah bahwa indra pendengaran manusia dapat memilah-milah dan memusatkan perhatian hanya pada bunyi-bunyi tertentu yang menarik minat saja. Sementara bunyi-bunyi lain yang tidak berarti kita abaikan.
Seni musik berusaha merangkai bunyi-bunyian dengan struktur nada tertentu sehingga membentuk sistem tertentu. Struktur nada itu didasarkan pada tinggi rendahnya nada (pitch), kuat lemahnya nada (dinamik), dan warna nada (timbre).
Bunyi dihasilkan oleh getaran suatu benda. Ilmu fisika menjelaskan bahwa bunyi berupa gelombang yang dihasilkan oleh getaran suatu benda. Ilmu fisika juga menjelaskan bahwa tinggi rendahnya nada ditentukan oleh jumlah getar tiap detik (frekuensi) dari benda yang bergetar yang semakin rendah frekuensi getarnya, semakin rendah pula nadanya. Sebaliknya, semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi pula nadanya. Dua buah nada yang berbeda tingginya akan terdengar berbeda bila dibunyikan secara bersama-sama. Jarak antara satu nada dengan yang lainnya disebut interval nada. Namun, jika nada rendah dan tinggi yang dibunyikan bersama-sama tetapi kedengaran sama nadanya kedua nada itu berarti dipisahkan oleh interval sejauh satu oktaf, demikian seterusnya.
Frekuensi untuk tiap nada bersifat tetap dan berlaku di seluruh dunia. Setiap nada dalam tangga nada memiliki jarak ketinggian yang teratur. Manusia normal hanya dapat mendengarkan bunyi yang berfrekuensi anatar 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz. Bunyi dalam batas frekuensi tersebut disebut bunyi audiosonik yang berfrekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik dan di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik. Bunyi infrasonik dan ultrasonik tidak dapat ditangkap oleh pendengaran manusia.
Sebenarnya jumlah nada yang dapat didengar manusia sangat banyak tetapi, musik hanya mengambil sebagiannya saja untuk diolah menjadi sajian musik yang indah. Sebuah nada yang berfrekuensi 440 Hz dipakai dalam musik, tetapi nada-nada lain yang berfrekuensi 441 Hz, 442 Hz, 443 Hz, sampai dengan 465 Hz tidak dipakai. Barulah pada nada yang berfrekuensi 466 Hz kita pakai sebagai nada terdekat dengan nada sebelumnya.
Oktaf sangat penting dalam musik karena merupakan interval nada pertama dan terakhir dari suatu tangga nada yang paling banyak digunakan saat ini dalam sistem tangga nada diatonis. Tangga nada tersebut terdiri atas tujuh nada sebagai basis musik dari kebudayaan barat sejak berabad-abad yang lalu. Namun dalam perkembangannya, tujuh nada tadi ditambah dengan lima nada sehingga keseluruhannya menjadi dua belas nada dalam satu oktaf. Pada musik non-Barat atau yang disebut dengan tangga nada nondiatonis, lazim pula disebut juga sebagai tangga nada pentatonis, satu oktaf dapat mengandung lebih banyak nada, sampai mencapai dua puluh lima nada.
Interval nada terendah dan tertinggi yang mungkin dicapai oleh suara manusia atau alat musik disebut jangkauan nada. Piano, misalnya, memiliki jangkauan lebih dari tujuh oktaf. Suara laki-laki dan wanita sebenarnya memiliki jangkauan yang berbeda satu oktaf.
Jika disusun sebuah pola, susunan nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi akan membentuk tangga nada. Tangga nada itu secara berjenjang membentuk oktaf. Frekuensi masing-masing nada ditetapkan dengan aturan tertentu untuk memudahkan sistem tangga nada. Nada A natural yang dalam notasi angka diberi lambang 6 (la) memiliki frekuensi 440 Hz. Sebagai patokan, kita dapat menggunakan alat pembidik nada yang dinamai garpu tala. Garpu tala memiliki frekuensi tetap yang setinggi dengan nada A (la) natural.
Jika nada a adalah 440 Hz, berapakah frekuensi nada-nada lainnya? Cara menentukannya adalah dengan patokan perbandingan interval sebagai berikut:
Dengan model perbandingan seperti ini, dapat diketahui frekuensi nada-nada yang lain. Sebagai contoh, mari kita cari berapa frekuensi nada c! Ikuti cara berikut :
Dengan model di atas, silakan kalian tentukan frekuensi nada-nada yang lain.
Meskipun musik dinikmati dengan alat pendengaran, namun setelah manusia mulai mengenal tulisan, lagu pun dapat dikenali lewat tulisan. Berbeda dengan bentuk komunikasi bahasa biasa yang penulisannya dengan huruf, musik dikenali dengan notasi musik. Notasi musik adalah sistem penulisan lagu, sedangkan satuan nada dalam penulisan musik disebut not. Dengan notasi kita dapat mengenal, membaca, dan menyanyikan sebuah komposisi musik. Bahkan, kita dapat menuliskan kembali komposisi musik yang telah kita kenal. Dengan demikian, notasi merupakan perwujudan dari sebuah komposisi musik, sedangkan not merupakan perwujudan dari nada. Jika nada dapat didengar, maka not dapat dilihat. Jadi, tidak mengherankan bila not disebut pula sebagai lambang nada.
1) Not angka
Ada dua cara menuliskan not, yaitu dengan not angka dan not balok. Penulisan nada atau notasi musik dengan not angka adalah cara melambangkan nada dengan lambang angka. Angka yang digunakan adalah angka 1 sampai dengan 7. Untuk nada yang lebih rendah atau yang lebih tinggi, tinggal mengulang simbol yang sama. Hanya untuk yang lebih rendah, diberi titik di bawahnya dan untuk nada yang lebih tinggi diberi titik di atasnya. Jadi, urutannya sebagai berikut.
Pelambangan nada dengan not angka sering disebut dengan doremisasi dan selanjutnya lebih lazim disebut solmisasi.
Perhatikan contoh teks lagu berikut.
Notasi musik dengan not angka cukup mudah, terutama untuk menuliskan komposisi musik yang sederhana. Komposisi lagu yang hanya berupa melodi dan syair pokok saja masih dapat disajikan dalam notasi not angka. Namun, jika notasi musik itu sudah berupa komposisi aransemen untuk penyajian yang lebih besar seperti orkestra, akan terlalu rumit bila dituliskan dengan not angka.
Tinggi rendahnya nada dalam notasi angka sangat relatif. Artinya, suatu simbol tertentu, misalnya not 1 (do) dapat benar-benar mewakili nada setinggi nada 1 (do) atau C murni (natural), tetapi dapat pula mewakili nada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam notasi musik dengan not angka, harus selalu dilengkapi dengan penulisan nada dasar. Penulisan nada dasar itu dimaksudkan untuk mengetahui tinggi nada 1 (do) tersebut bila dinyanyikan. Sebagai contoh, lagu yang ditulis dengan nada dasar 1 = C berarti tiap nada 1 harus dinyanyikan setinggi nada C (natural). Demikian pula dengan lagu yang ditulis dengan nada dasar 1 = G, berarti tiap nada 1 (do) harus dinyanyikan dengan nada setinggi dengan nada G.
2) Not Balok
Dalam notasi musik, not-not balok ditempatkan di dalam balok not yang lazim disebut sebagai paranada. Paranada berupa 5 garis mendatar dengan jarak yang sama yang mengapit 4 spasi. Perhatikan gambar berikut.
Kegunaan paranada ialah untuk menempatkan not-not balok sesuai dengan sifat-sifat nada yang dilambangkannya. Not yang rendah ditempatkan dalam paranada yang rendah, sedangkan nada yang semakin tinggi ditempatkan di paranada yang semakin tinggi.
Membaca paranada harus dari bawah. Jika kalian menempatkan not di garis ketiga, maksudnya adalah garis ketiga dari bawah. Demikian pula jika kalian menempatkan not dalam spasi keempat, maksudnya adalah spasi keempat dari bawah.
Garis dan spasi dalam paranada sama-sama dipergunakan untuk menulis not. Not yang ditempatkan di garis paranada disebut sebagai not garis, sedangkan not yang ditempatkan di dalam spasi paranada disebut sebagai not spasi.
Setiap paranada terbagi-bagi oleh garis tegak lurus menjadi ruas-ruas yang lebih sempit. Ruas seperti itu disebut sebagai ruas birama atau cukup disebut sebagai birama. Garis tegak lurus yang membatasi birama disebut garis birama. Garis birama tingginya harus sama dengan tinggi paranada. Selain ditempatkan dalam paranada, garis birama juga ditempatkan pada akhir notasi musik sebagai penutup. Birama penutup berupa garis ganda tipis dan tebal. Perhatikan gambar di bawah ini.
Not balok merupakan simbol nada yang berupa gambar bulatan, bulatan berekor, bulatan berbendera, seperti bentuk kecambah. Di antaranya seperti berikut ini.
Marilah kita amati not-not di atas. Ada not yang hanya berupa bulatan, tetapi ada pula not yang berupa bulatan dan bertangkai. Sebuah not terdiri dari kepala not, tangkai not dan bendera not.
Jika sebuah not dituliskan pada paranada, maka bulatan atau kepala not besarnya kira-kira sama dengan lebar spasi paranada. Sedangkan panjang tangkainya kira-kira dua setengah kali lebar spasi paranada.
Ada yang tangkainya mengarah ke atas. Mengenai arah tangkai not, berlaku ketentuan sebagai berikut.
a) Jika kepala not terletak di atas garis ketiga, tangkai not harus mengarah ke bawah.
b) Jika kepala not terletak di bawah garis ketiga, tangkai not harus mengarah ke atas.
c) Jika kepala not terletak pada garis ketiga, tangkai not dapat mengarah ke atas atau
d) Jika kepala not berderet pada tingkat yang sama, tangkai notnya harus searah.
3) Nilai not.
Dilihat dari nilainya, ada beberapa macam not. Harga not mempengaruhi panjang pendeknya nada (durasi). Perbedaan harga not ditandai dengan perbedaan bentuk not. Perhatikan gambar di atas! Harga not juga mempengarui ketukan dalam sebuah birama.
Dalam notasi angka, tanda titik (.) memiliki nilai yang sama dengan not yang lain. Namun, dalam not balok, tanda titik (.) di belakang not bernilai setengah dari not tersebut, sehingga jika ada not d. berarti not tersebut bernilai 2 + 1=3 ketuk.
4) Bendera not dan garis bendera. Not yang bernilai kurang dari 1 ketuk seperti not 1/8, 1/16, dan yang lebih kecil lagi, dilambangkan dengan not yang berbendera. Makin kecil nilai not makin banyak benderanya.
Namun, beberapa not berbendera, khususnya dalam notasi musik instrumentalia, seringkali dihubungkan menjadi satu dengan menggunakan garis lurus. Garis tersebut mewakili bendera not. Oleh karena itu, disebut juga sebagai garis bendera. Jumlah garis bendera pun sama dengan jumlah bendera not. Jika yang dihubungkan adalah not-not yang berbendera satu, garis benderanya pun satu. Namun, jika yang dihubungkan adalah not-not yang berbendera dua, garis benderanya pun dua.
Ketentuan pemakaian garis bendera:
a) Garis bendera ditarik dari tangkai not pertama sampai not terakhir yang dihubungkan dengan garis bendera.
b) Jika ada not yang berlawanan arah tangkainya, harus ada not yang mengalah. Not yang dimenangkan adalah arah tangkai not yang terjauh dari garis ketiga.
c) Pada not yang sama jaraknya dengan garis ketiga, kita bebas menetapkannya. Bisa sama-sama ke atas atau sama-sama ke bawah
d) Dengan alasan teknis, pada notasi musik instrumentalia dapat diterapkan aturan yang berbeda. Perhatikan contoh di bawah ini!
Namun demikian, pemakaian garis bendera tergantung dari ada atau tidak adanya teks lagu. Pada notasi melodi yang memakai teks lagu, ditetapkan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika teks lagu ditulis dalam bentuk silabis, yakni tiap not hanya mewakili atau suku kata, not-not bendera dibiarkan tetap.
b) Jika teks lagu ditulis dalam bentuk melismatis, yakni jika dua not atau lebih dituliskan hanya untuk satu suku kata, maka bendera diganti dengan garis bendera.
Teruskan Membaca dan Menulis Not Angka, Not Balok